Ekologi Hutan
Maleo (Macrocephalon maleo)
1. Johandy R. Lingkubi (090317019)
2. Glorio Pinaria (090317001)
3. Marvan Wowor (090317002)
4. Reymoon Ch. Sahiu (090317003)
5. Anggreini Mentang (090317018)
6. Ramli Sapsuha (080317028)
Universitas Sam Ratulangi
Fakultas Pertanian
2010
Pengantar
Pertama-tama kami dari penyusun memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena karena telah memberikan kesehatan serta membukakan pikiran kami sehingga tulisan makalah ini dapat selesai.
Di dalam makalah ini, kami membahas tentang burung maleo (Macrocephalon maleo) yang mencakup penyebaran, ciri-ciri, sifat hidup, habitat dan penyebaran, serta manfaat dari maleo itu sendiri. Dalam makalah ini juga terdapat tempat-tempat konservasi maleo, baik itu berupa Cagar Alam, Suaka Margasatwa, atau Taman Nasional.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya sehingga kita dapat mengenal sedikit tentang maleo (Macrocephalon maleo) yang merupakan hewan endemik Sulawesi dan juga Indonesia.
Penyusun
Manado, November 2010
Daftar Isi
Halaman Judul
Pengantar
Daftar Isi
I. Maleo (Macrocephalon maleo)
II. Sifat Hidup
III. Habitat Dan Penyebaran
IV. Pemanfaatan
Daftar Pustaka
I. MALEO (Macrocephalon maleo)
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan | Hewan |
Filum | Chordata |
Kelas | Burung (aves) |
Ordo | Galliformes |
Family | Megapodiidae |
Genus | Macrochepalon |
Spesies | M. Maleo |
Nama Binomial | Macrocephalon maleo S. Muller, 1846 |
Maleo (Macrocephalon maleo) termasuk family megapodiidae yang telah banyak di kenal bersama dengan burung gosong (Megapodius reinwardt). Family Megapodiidae di Indonesia terdapat 8 spesies dan terdiri dari 13 sub spesies. Burung gosong tersebar disepanjang pantai Nusa Tenggara Timur, Maluku Tenggara, P. Kangean (Jawa Timur) dan Irian sedangkan Maleo hanya terdapat di Sulawesi.
Maleo dewasa memiliki ukuran berat ± 3 Kg, panjang ± 23 Cm dari paruh sampai dengan ekor. Ukuran badan yang jantan dan betina sama. Telur berbentuk oval, panjang ± 11 Cm diameter ±6 Cm, berat ± 230 gram (sekitar 5 sampai 8 kali lipat telur ayam) dengan warna putih kemerah-merahan. Badan tertutup oleh bulu yang pendek (2-5 Cm) berwarna putih kemerah-merahan. Bulu sayap berwarna hitam panjang ± 25 Cm dan panjang sayap ± 18 Cm, panjang leher ± 14 Cm. Bagian atas kepala tertutup jengger berwarna hitam dengan tebal ± 2 Cm tinggi 2,1 Cm, kaki bagian atas (paha) panjang 10 Cm tertutup bulu berwarna hitam.
II. SIFAT HIDUP
Maleo termasuk jenis satwa yang aneh kerena tak pernah memperhatikan kelangsungan hidup dari keturunannya. Burung ini meletakkan telurnya didalam pasir panas dan dibiarkan tanpa pengawasan sama sekali dari induknya sampai telur menetas. Maleo kecil yang baru lahir harus mencari makan sendiri tanpa bimbingan dari pengasuh untuk mulai hidup di alam bebas.
Meskipun memiliki sayap dengan bulu yang cukup panjang, namun lebih senang jalan kaki dari pada terbang. Biasanya yang dewasa sering diketemukan berpasangan ditempat terbuka dan berpasir panas. Dalam bertelur, Maleo jantan dan betina secara bergantian menggali lubang untuk meletakkan telurnya. Telur tadi ditimbun lagi dan ditinggalkan begitu saja dan tak pernah diurus lagi.
Maleo (Macrocephalon maleo) memakan aneka biji-bijian, buah, semut, kumbang serta berbagai jenis hewan kecil.
III. HABITAT DAN PENYEBARAN
Habitat atau tempat hidup Maleo adalah daerah berpasir atau pada aliran sungai yang berpasir maupun disekitar sumber-sumber air panas di dalam hutan sampai daerah pasir pantai.
Maleo (Macrocephalon maleo) termasuk jenis burung endemik Sulawesi dan penyebaran di Sulawesi Tengah relatif luas namun saat ini mulai terancam punah karena habitat yang semakin sempit dan telur-telurnya yang diambil oleh manusia. Diperkirakan jumlahnya kurang dari 10.000 ekor saat ini. Maleo(Macrocephalon maleo) tergolong satwa liar yang langka dan dilindungi
Lokasi kawasan konservasi yang telah ditunjuk/ditetapkan sebagai tempat konservasi Maleo, diantaranya Suaka Margasatwa Bakiriang di Kabupaten Banggai (Sulawesi Tengah, Suaka Margasatwa Pinjan-Tanjung Matop di Kabupaten Toli-toli (Sulawesi Tengah), Cagar Alam (CA) Morowali di Kabupaten Morowali (Sulawesi Tengah), Taman Nasional (TN) Lore Lindu di Kabupaten Donggala (Sulawesi Tengah), dan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone di Kabupaten Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara) dan Kabupaten Gorontalo (Gorontalo). Selain di tempat-tempat tersebut, maleo masih terdapat di hutan-hutan yang ada di Sulawesi Tengah.
Sejak tahun 1990 berdasarkan SK. No. Kep. 188.44/1067/RO/BKLH tanggal 24 Pebruari 1990 "Maleo" ditetapkan sebagai "Satwa Maskot" daerah Sulawesi Tengah. Ini merupakan kebanggaan bagi masyarakat Sulawesi Tengah dan Indonesia pada umumnya. Demikian juga menjadi citra bagi bangsa Indonesia di dunia Internasional.
IV. PEMANFAATAN
Maleo adalah jenis satwa yang peka terhadap gangguan. Gangguan di alam bebas antara lain : terdesaknya habitat terutama yang berada di luar kawasan konservasi, pemanfaatan telurnya oleh manusia serta predator antara lain : Biawak (Varanus sp), Babi Hutan (Sus sp).
Upaya budi daya/penangkaran relatif masih sulit dan belum ada yang berminat melakukannya. Namun demikian justru perkembangan populasi secara alamiah pada habitat aslinya yang diutamakan. Apabila ini terjadi sudah tentu akan menjamin kelangsungan hidupnya sepanjang masa.
Pemanfaatan yang dapat dilakukan antara lain untuk menunjang kegiatan penelitian, ilmu pengetahuan/pendidikan budidaya. Pemanfaatan lain yakni sebagai atraksi wisata secara terbatas, pada habitat alamnya baik di kawasan konservasi (suaka alam) maupun diluar kawasan konservasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, MALEO (Macrocephalon maleo) "SATWA MASCOT" Propinsi Sulawesi Tengah, di akses tanggal 10 November 2010 http://www.dephut.go.id/informasi/propinsi/sulteng/maleo.html
_______, Maleo Senkawor, di akses tanggal 10 November 2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Maleo_Senkawor
Tasirin, Selamatkan Maleo dari Kepunahan, di akses tanggal 15 November 2010 http://sulutonline.com/berita/212-tasirin selamatkan-maleo-dari-kepunahan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar